Rabu, 11 Februari 2015

Diikuti Hantu Wanita Hingga Nabrak Kucing

malam yang panas diruang kerja yang banyak tumpukan lembaran dokumen yang mesti di rehap untuk segera diterbitkan, setiap judul-judul cerita yang kulihat dan kubaca isinya ternyata semua sama saja yang beda hanyalah sebuah judul, 

dan sedikit kata yang dirubah, sunggu mirisnya kehidupan didunia fana ini, sampai-sampai mengirim dokumen hanya judunya saja yang diubah

nafas panjang yang kuhembuskan seakan mewakili keadaan ku kalau saat itu aku merasakan letih dan lelah, namun ini lah resiko seorang editor, kembali kuperhatikan dokumen-dokumen yang telah kubaca, ternyata ada juga yang menarik, 

setiap copy tulisan yang dibuat ternyata tak satu pun yang mencamtumkan sebuah sumber, yah sepertinya mereka ingin tenar dengat cepat, sampai-sampai meraka tak menyadari kalau cerita yang mereka buat telah diterbitkan terlebih dahulu oleh media online seperti kisah-misteri.info atau group facebook nya dan masih banyak lagi

lantaran beban dan banyaknya pikiran yang ada dibenaku akupun memutuskan untuk membuat segelas kopi didapur kantor, segelas kopi pun telah terbuat namun kejangalan mulai terasa dibenaku, ternyata rokok di meja kerja sudah habis, akupun memutuskan untuk pergi keluar memberi sebungkus rokok dan juga beberapa roti untuk menemani minum kopi ku

angin yang berhembus begitu dingin, warung yang berada tak jauh dari kantor ku pun kini sudah hampir tutup,lantara aku sudah kenal akbrab maka aku dilayani dengan sepenuh hati, setibanya dimeja kerja ku kopi yang tadinya panas kini mulai sedikit dingin, ketika asik-asiknya menikmati segelas kopi dan 3 buah potong roti, lampu di ruang kerja ku mati mendadak, dan seluruh ruangan sangat gelap


isak tangin yang terdengar dari luar jendela ruang kerja ku seakan membuat merinding, tanpa pikir panjang kaupun segera mengecek apa yang ada diluar sana, ternyata hanya gelap malam dan juga hembusan yang angin yang saat itu aku rasa dan lihat, tak lama dari itu lampu kembali hidup, sebatang rokok yang mulai kuhisap dengan perlahan-lahan tampak begitu nikmatnya melewati malam yang penuh dengan kerjaan

sejam telah berlalu dan jarum jam yang terlihat di kini telah mengarah ke angka 03.03, rasa kantuk mulai menyelimuti ku, segera ku beranjak dari kursi dan menuju kamar mandi kantor untuk menbasuh wajah ku dengan air, saat berkaca di kamar mandi, 

tampak telihat sosok bayangan putih yang bergerak begitu cepat, gerak reflek melihat kebelakang pun tak kusadari, ternyata hanya ilusi ku saja, namun saat kembali untuk berkaca, tepat di depan wajah ku tampak terlihat kepala wanita cantik dengan mulutnya yang lebar serta bola mata yang dikelilingi darah segar dan juga rambut lurus yang terurai sangat panjang

"wajah mu mengalihkan dunia ku", sebuah kata yang bisa diisyaratkan untuk saat itu, dan bodohnya aku kenapa hanya berdiam diri dihadapannya, kurang lebih 5 menit kami saling pandang akhirnya dia menghilang juga dari pandangan ku, sepeninggalannya aku yang mulai bernafas tak beraturan dan juga jantung yang berdetak lebih kencang, membuat aku tak dapat berfikir dengan tenang

semua peralatan serta dokumen-dokumen yang ada dimeja kerja ku segera kurapikan dan pulang kerumah secapat mungkin, sepeda motor pun kupacu dengan cepat, disaat melintasi perempatan, sosok wanita melintas ditengah-tengah jalan, rem cakram yang ku tekan ternyata membuat sepeda motorku tak bisa dikendalikan sehingga aku menabrak wanita itu, dan akupun terjatuh

namun disaat kulihat ke jalanan, ternyata hanya kesunyian malam yang tampak saat itu, sepeda motorpun kembali kuhidupkan dan kupacu dengan cepat, namun kali ini seekor kucing tengan melintas di jalanan, namun saat ku tabrak, kucing itu terpental dalam jarak yang begitu jauh, suara tawa tampak terdengar samar-samar ditelinga ku

kucingpun segera aku bungkus mengunakan baju kerja ku, darah segar yang menetes dari seekor kucing yang telah kutabrak tampak terlihat di jalan yang telah aku lewati, setiba dirumah akupun segera mengubur kucing yang malang itu, 

setelah semua usai akupun kekamar mandi untuk membersikan tangan dan juga mengusap wajah ku, saat keluar dari kamar mandi, tampak terdengar secara samar-samar suara orang yang menmanggil namaku, dan suara itu terdengar begitu halus, 

seribu tanya menghantui diriku, suara siapa kah itu, dirumah ku tak ada seorangpun selain diriku, dalam suasan yang sedikit aneh akupun mempercepat langka kaki ku untuk segera sampai ke kamar tidur ku, setibanya dikamar, akupun memutuskan untuk segara tidur disaat kumatikan lampu kamar, tampak terlihat samar-samar seorang gadis dengan postur tubuh yang aduhay, 


namun mulutnya yang lebar serta darah yang berawrna merah kehitaman tampak begitu jelas saat keadaan gelap, detak jantung yang begitu cepat serta nafas yang terbatah-batah dan juga rasa gemetar disukujur tubuh ku, membuat pandang ku berkunang-kunang hinga ku tak sadarkan diri.

Teror Telepon dari Alam Lain (Teror Telepon Misterius)


Aku teringat suatu kisah saat aku kerja di perusahaan mebel Korea. Perusahaan itu memiliki 5 administrasi staff perempuan, dan 2 laki-laki staff bagian umum . Kantor administrasi ada di lantai 2, membentuk huruf L. Menyatu dengan ruang Direktur Utama. Setiap hari karyawan pabrik pulang jam 16.00 (kecuali bila ada lembur). Dan kami seluruh administrasi dan bagian umum harus pulang jam 16.30. Seperti hari-hari biasa, kami para administrasi staff membereskan berkas-berkas kerja kami sebelum pulang ke rumah masing-masing. Sambil bercengkrama untuk melepas penat, kami berkumpul sebentar di meja kerjaku yang berada di ujung ruangan. Di sela-sela pembicaraan kami, tiba-tiba teleponku berbunyi. Kami semua melihat lampu nomer 7 menyala, pertanda extention phone nomer 7 yang berada di meja ibu Ria melakukan panggilan ke extention phoneku. Padahal hari itu ibu Ria tidak masuk kerja. Kami semua saling berpandangan dan serempak menoleh ke meja ibu Ria yang kosong. Meja ibu Ria berada di sisi ujung yang lain. Aku memberanikan diri untuk menjawab telepon misterius itu melalui speaker phone agar semua dapat mendengarnya. "Halo.." sapaku memulai dari speaker phone. Awalnya kami hanya mendengar suara yang sangat sunyi dari seberang sana. Tak henti-hentinya mata Jeni dan Santi (rekan kerjaku) memandang meja Ibu Ria sambil menyimak suara dari telepon itu. Entah sudah berapa lama kami hanya mendengar suara sunyi, sampai akhirnya sayup-sayup kami mendengar suara seorang wanita dari seberang sana "Hhh..hhaaallooo..." suara yang lirih namun mampu membuat kami semua bergidik ketakutan. Kaki kami seolah terpaku kuat di lantai yang kami pijak. Dengan sisa keberanian aku bertanya "maaf, ini siapa?". Lalu suara di seberang sana menjawab "Niken." Dan setelah itu sambungan telepon terputus. Tanpa dikomando, kami semua langsung lari ketakutan. Keesokan harinya, rasa penasaran membuatku mencari data administrasi staff dan karyawan pabrik yang ada di gudang personalia (aku bekerja sebagai staff personalia, jadi aku dapat leluasa untuk masuk ke dalam gudang database staff). Aku sangat ingin tau apakah memang ada staff atau karyawan yang bernama Niken pernah bekerja disini. Ternyata pencarianku tidak sia-sia. Nama Niken memang pernah bekerja sebagai staff gudang beberapa bulan sebelum aku masuk bekerja di pabrik itu. Niken adalah seorang gadis yang manis dengan rambut ikal sebahu dan pita rambut menghias kepalanya. Namun aku masih penasaran, kenapa telepon misterius itu sempat menyebut nama Niken. Dan ibarat pepatah "rasa penasaran dapat membunuh kucing", begitu pula rasa penasaranku mampu membunuh rasa takut seolah aku sudah lupa ketegangan yang ditimbulkan telepon misterius itu kemarin. Aku mengamit tangan ibu Ria, seniorku di kantor. Ibu Ria sudah bekerja di pabrik itu 2 tahun sebelum aku masuk ke pabrik. Aku yakin beliau pasti mengetahui tentang Niken. Setengah berbisik aku bertanya kepadanya, "ibu pernah kenal staff bernama Niken gak?". "Astaga!! hari ini sudah ada 2 orang yang bertanya tentang Niken. emang ada apa sih?" tanya ibu Ria agak jengkel. Karena merasa tidak enak hati, akhirnya aku menceritakan tentang telepon misterius itu. Ibu Ria tersenyum memandangku dan menjelaskan bahwa dulu memang ada staff gudang bernama Niken. Dia merupakan staff yang tekun dan rajin. Suatu pagi, Niken mengalami kecelakaan saat menuju ke pabrik dan meninggal di tempat kejadian. Setelah peristiwa naas itu banyak kejadian diluar nalar dialami beberapa staff. Extention phone nomer 7 yang semula memang berada di dalam gudang sering melakukan panggilan ke extention phone staff lain dengan sendirinya. Dan hanya kesunyian yang terdengar bila telepon itu dijawab. Padahal lokasi gudang berada dalam satu gedung dengan pabrik. Seharusnya terdengar kegiatan dalam pabrik apabila telepon gudang digunakan. Di lain waktu, beberapa karyawan pabrik sempat melihat penampakan sosok perempuan muda yang mirip dengan Niken berjalan mondar-mandir di dalam gudang. Bahkan staff gudang pengganti bercerita bahwa sering kali saat dia kembali dari istirahat makan siang, dia menemukan bekas bungkus nasi dan air mineral dengan noda lipstik di bibir botol. Padahal staff gudang pengganti saat itu adalah lelaki (dan tidak mungkin dia menggunakan lipstik!). Aku hanya termangu mendengar hal itu semua. Dua hari menjelang payday biasanya aku lembur untuk menghitung lembur dan membuat laporan. Biasanya aku lembur ditemani bagian keuangan. Tapi hari itu staff keuangan harus ijin setengah hari karena ada keperluan mendadak. Dan sialnya bos-ku kedatangan tamu di hari yang sama. Mau tidak mau aku harus menyelesaikan laporan gaji sendirian. Aku menghirup kopi yang barusan kubuat tanpa mengalihkan mataku dari komputer. Entah kenapa laporan yang kubuat selalu salah perhitungan. Baru saja aku akan meraih mouse komputer, tiba-tiba teleponku berdering. Mataku terpaku pada lampu extention phone nomer 7. Oh..Jangan lagi!! Please, Jangan sekarang!! Pikirku panik. Namun semakin aku ingin lari, semakin tubuhku terasa kaku tak dapat digerakkan. Aku melirik ke meja Ibu Ria yang kosong. Samar-samar kulihat seperti bayangan gadis dengan rambut ikal sebahu dan pita rambut di kepalanya yang tertunduk membelakangiku. "Haruskah kuangkat? Atau aku lari saja dan membiarkan mejaku berantakan?". Semakin aku berpikir untuk lari, semakin keras bunyi dering telepon itu seolah ditempelkan ke telingaku. Aku harus angkat!! Harus!! "Halo.." jawabku dengan suara bergetar. Mataku masih memandang bayangan di ujung ruangan itu. Kembali hanya kesunyian yang kudapat. "haloooo.." sapaku lagi. Tiba-tiba aku mendengar bunyi "KREK!!" bersamaan dengan digerakkannya leher perempuan berambut ikal itu. Seperti leher yang patah dia menggerakkan kepalanya berputar menghadapku tanpa membalikkan tubuhnya. Sungguh aku sudah mati rasa menyaksikan itu semua. Kupandang raut wajah kesedihan disana. Itu memang Niken! Aku masih mengenali wajah itu walaupun ada bercak darah mengering dimana-mana. Dia menggerakkan mulutnya dan secara ajaib kudengar suara yang sama seperti tempo hari menjawab dari extention phone nomer 7, "Hallooo.." jawabnya. "Ya." kataku seperti kehilangan kata-kata. "Saya ingin minta maaf kepada bos karena saya belum sempat berpamitan. Saya tidak ingin dianggap mangkir dari pekerjaan. Bisakah saya meminta tolong mbak untuk menyampaikan?" kata suara itu memohon. Aku terdiam beberapa saat. Benar-benar staff yang rajin dan tekun. Bahkan disaat meninggalpun dia masih memikirkan pekerjaan dan tanggung jawabnya kepada atasan. "Akan saya sampaikan. Sekarang kamu dapat beristirahat dengan tenang. Saya percaya bos akan memakluminya." jawabku pada akhirnya. Kulihat bayangan itu tersenyum samar dan bibirnya bergerak mengucapkan terima kasih sebelum akhirnya menghilang seperti asap. Aku termangu dan tidak dapat meneruskan laporanku hari itu. Kuputuskan untuk segera pulang setelah membereskan berkas dan mematikan semua lampu ruangan staff. Aku tidak tau apakah sampai saat ini masih ada telepon misterius dari extention phone nomer 7. Namun sejak kejadian itu, keadaan gudang sudah tidak seangker sebelumnya. Dan aku tidak pernah lagi menerima telepon misterius dari extention phone nomer 7. sumber : http://www.kisah-misteri.info/kisah-misteri-664-cerita-mistis--teror-telepon-misterius.jsp

Kisah Pramugari dan Kakek

Kisah Pramugari dan Kakek Tua
Saya adalah seorang pramugari biasa dari China Airlines.
Karena bergabung dengan perusahaan penerbangan hanya beberapa tahun dan tidak mempunyai pengalaman yang
mengesankan, setiap harinya hanya melayani penumpang dan melakukan pekerjaan yang monoton.
Pada tanggal 17 Juni yang lalu saya menjumpai suatu pengalaman yang membuat perubahan pandangan saya terhadap
pekerjaan maupun hidup saya.
Hari ini jadwal perjalanan kami adalah dari Shanghai menuju Peking, penumpang sangat penuh pada hari ini.
Di antara penumpang, saya melihat seorang kakek dari desa merangkul sebuah karung tua dan terlihat jelas sekali
gaya desanya.
Pada saat itu saya yang berdiri di pintu pesawat menyambut penumpang.
Kesan pertama dari pikiran saya ialah zaman sekarang sungguh sudah maju,
seorang dari desa sudah mempunyai uang
untuk naik pesawat.
Ketika pesawat sudah terbang, kami mulai menyajikan minum.
Ketika melewati baris 20, saya melihat kembali kakek tua tersebut.
Dia duduk dengan tegak dan kaku di tempat duduknya dengan memangku karung tua bagaikan patung.
Kami menanyakan mau minum apa, tetapi dengan terkejut dia melambaikan tangan menolak.
Kami hendak membantunya meletakkan karung tua di atas bagasi tempat duduk juga ditolak olehnya.
Lalu kami membiarkan duduk dengan tenang.
Menjelang pembagian makanan kami melihat dia duduk dengan tenang di tempat duduknya.
Kami menawarkan makanan juga ditolak olehnya.
Akhirnya kepala pramugari dengan akrab bertanya kepadanya apakah dia sakit.
Dengan suara kecil dia menjawab bahwa dia hendak ke toilet tetapi dia takut apakah di pesawat boleh bergerak
sembarang, takut merusak barang di dalam pesawat.
Kami menjelaskan kepadanya bahwa dia boleh bergerak sesuka hatinya dan menyuruh seorang pramugara mengantar
dia ke toilet.
Pada saat menyajikan minum yang ke dua kali, kami melihat dia melirik ke penumpang sebelahnya dan menelan ludah.
Dengan tidak menanyakannya kami meletakkan segelas minuman teh dimeja dia.
Ternyata gerakan kami mengejutkannya.
Dengan terkejut dia mengatakan tidak usah, tidak usah..
Kami mengatakan engkau sudah haus minumlah.
Pada saat ini dengan spontan dari sakunya dikeluarkan segenggam uang logam yang disodorkan kepada kami.
Kami menjelaskan kepadanya minumannya gratis.
Dia tidak percaya.
Katanya saat dia dalam perjalanan menuju bandara, merasa haus dan meminta air kepada penjual makanan di pinggir
jalan.
Dia tidak diladeni malah diusir.
Pada saat itu kami mengetahui demi menghemat biaya perjalanan dari desa dia berjalan kaki sampai mendekati
bandara baru naik mobil.
Karena uang yang dibawa sangat sedikit, hanya dapat meminta minuman kepada penjual makanan dipinggir jalan
itupun kebanyakan ditolak dan dianggap sebagai pengemis.
Saat kami membujuk dia terakhir dia percaya dan duduk dengan tenang meminum secangkir teh, kami menawarkan
makanan tetapi ditolak olehnya.
Dia menceritakan bahwa dia mempunyai dua orang putra yang sangat baik, putra sulung sudah bekerja di kota dan
yang bungsu sedang kuliah ditingkat 3 di Peking.
Anak sulung yang bekerja di kota menjemput kedua orang tuanya untuk tinggal bersama di kota tetapi kedua orang
tua tersebut tidak biasa tinggal di kota akhirnya pindah kembali ke desa.
Sekali ini orangtua tersebut hendak menjenguk putra bungsunya di Peking.
Anak sulungnya tidak tega orang tua tersebut naik mobil begitu jauh, sehingga membeli tiket pesawat dan
menawarkan menemani bapaknya bersama – sama ke Peking.
Tetapi ditolak olehnya karena dianggap terlalu boros dan tiket pesawat sangat mahal.
Dia bersikeras dapat pergi sendiri.
Akhirnya dengan terpaksa disetujui dengan anaknya.
Dengan merangkul sekarung penuh ubi kering yang disukai oleh anak bungsunya, ketika melewati pemeriksaan
keamanan dibandara, dia disuruh menitipkan karung tersebut di tempat bagasi tetapi dia bersikeras membawa sendiri.
Katanya jika ditaruh di tempat bagasi, ubi tersebut akan hancur dan anaknya tidak suka makan ubi yang sudah
hancur.
Akhirnya kami membujuknya meletakkan karung tersebut di atas bagasi tempat duduk, akhirnya dia bersedia dengan
hati – hati dia meletakkan karung tersebut.
Saat dalam penerbangan kami terus menambah minuman untuknya, dia selalu membalas dengan ucapan terima kasih
yang tulus.
Tetapi dia tetap tidak mau makan, meskipun kami mengetahui sesungguhnya dia sudah sangat lapar.
Saat pesawat hendak mendarat dengan suara kecil dia menanyakan saya apakah ada kantongan kecil, dan meminta
saya meletakkan makanannya di kantong tersebut.
Dia mengatakan bahwa dia belum pernah melihat makanan yang begitu enak.
Dia ingin membawa makanan tersebut untuk anaknya.
Kami semua kaget.
Menurut kami yang setiap hari melihat makanan yang begitu biasa, di mata seorang desa menjadi begitu berharga.
Dengan menahan lapar disisihkan makanan tersebut demi anaknya, dengan terharu kami mengumpulkan makanan yang
masih tersisa yang belum kami bagikan kepada penumpang ditaruh di dalam suatu kantongan yang akan kami berikan
kepada kakek tersebut.
Tetapi diluar dugaan dia menolak pemberian kami, dia hanya menghendaki bagian dia yang belum dimakan, tidak
menghendaki yang bukan miliknya sendiri.
Perbuatan yang tulus tersebut benar – benar membuat saya terharu dan menjadi pelajaran berharga bagi saya.
Sebenarnya kami menganggap semua hal sudah berlalu, tetapi siapa menduga pada saat semua penumpang sudah turun
dari pesawat, dia yang terakhir berada di pesawat.
Kami membantunya keluar dari pintu pesawat, sebelum keluar dia melakukan sesuatu hal yang sangat tidak bisa saya
lupakan seumur hidup saya, yaitu dia berlutut menyembah kami, mengucap terima kasih bertubi – tubi, dia mengatakan
bahwa kami semua adalah orang yang paling baik yang dijumpai.
Kami di desa hanya makan sehari sekali dan tidak pernah meminum air yang begitu manis dan makanan yang begitu
enak.
Hari ini kalian tidak memandang hina terhadap saya dan meladeni saya dengan sangat baik, saya tidak tau bagaimana
mengucap terima kasih kepada kalian.
Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian, dengan menyembah dan menangis dia mengucapkan perkataannya.
Kami semua dengan terharu memapahnya dan menyuruh seorang anggota yang bekerja dilapangan membantunya keluar
dari lapangan terbang.
Selama 5 tahun bekerja sebagai pramugari, beragam – ragam penumpang saya sudah jumpai, yang banyak tingkah,
yang cerewet dan lain – lain, tetapi belum pernah menjumpai orang yang menyembah kami.
Kami hanya menjalankan tugas kami dengan rutin dan tidak ada keistimewaan yang kami berikan.
Hanya menyajikan minuman dan makanan.
Tetapi kakek tua yang berumur 70 tahun tersebut sampai menyembah kami mengucapkan terima kasih, sambil
merangkul karung tua yang berisi ubi kering dan menahan lapar menyisihkan makanannya untuk anak tercinta, dan
tidak bersedia menerima makanan yang bukan bagiannya.
Perbuatan tersebut membuat saya sangat terharu dan menjadi pengalaman yang sangat berharga buat saya.
---------------------------------------------------------
Janganlah kita memandang orang dari penampilan luar, tetapi harus tetap menghargai setiap orang dan mensyukuri
apa yang kita dapat.
sumber: https://www.facebook.com/kcmmbs/posts/628759677225261

Rumah Sakit Serem

Ini pas gue berkunjung berkunjung ke salah satu rumah pemerintah di daerah jakarta timur. Waktu itu yg dirawat ayah gue, abis operasi usus buntu. Saat itu tepatnya kamis malam jam 8 gue tiba di rs sama keluarga aa ibu, kakak, om, tante, dan sepupu gue. Kami sekeluarga langsung ke bagian bedah thoraks tempat dimana ayah gue dirawat yg ada lantai dua rumah sakit ini. Rumah sakit ini memiliki tiga lantai.


Terlihat beberapa orang yg lain berjaga di dekat pasien lain. Ayah gue hari ini dijaga sama tetangga yg kebetulan sahabat ayah gue. Kami berbincang2 juga dengan pasien sebelah ayah gue yg sakit jantung. Katanya sih udah lama dirawat disini. Tiba2 gue kebelet buang air. Gue mutusin buat kekamar mandi yg ga jauh dari ruang inap ayah gue. Wooo... sepi banget, ga ada orang sama sekali.
Tapi bodo lah dari pada gue tahan pikir gue dalam hati.

Gue masukin salah satu bilik kamar mandi. Disini ada 5 bilik gue ada di nmr dua dari pintu keluar. Sesaat kemudian gue denger ada yg masuk sepertinya sih di bilik sebelah gue. Akhirnya ada orang disebelah ucap gue dalam hati. Saat gue udah selesai dan mau buka pintu.Gue denger yg diswbelah gue itu nangis ngerintih sakit. Gue saat itu coba gak berpikiran negative gue coba positif thingking. Ah mungkin aja itu slah satu pasien, gawat gue harus nolong! Pikir gue. Dengan segera gue keluar dari bilik dan menggedor bilik di nmr 3 yg tertutup.


Gue gedor2 sambil berkata "mba! Mba! Mbak kenapa? Jawab saya mba" tapi gue hanya mendengar suara rintihan sakit aja. "Sakit! Sakit... tolong saya tolong sakit.." gue mencoba menolong tapi pintu gak bisa dibuka. Tiba2 ada ob masuk gue minta dia coba bukain pintunya karena ada pasein didalam yg lagi kesakitan. "Mas. Tolong saya mas tolong bukain pintu ini, didalem ada org yg ngerintih kesakitan! Saya ga bisa buka karena dikunci rapat, cepet mas tolong!!" "Baik mba"

Sang ob pun mendobrak pintu itu, dan dengan mudahnya terbuka! Betapa terkejutnya aku ketika melihat didalam ternyata tidak ada siapapun! "Mba mana? Katanya dikunci saya dobrak gampang banget kebuka, didalam juga gak ada orang" tutur ob tersebut. Gue gak bisa ngomong apa2 karena gue juga sama terkejutnya. Akhirnya gue mutusin balik ke kamar ayah gue. Ternyata ibu sama yg lain lagi pada keluar untuk cari makan sama tebus obat di apotek. Ahh gue sendirian! Ayah tidur lagi.

Pasien diruangan ini cuma dua yaaitu ayah gue dan pasien satunya lagi. Tapi dua2nya lagi pada tidur dan gue sendiri. Akhirnya gue putusin buat kekantin yg ada dilantai satu. Gue nengok jam dan udah jam setengah sembilan malam. Hmmm saat itu gue lagi bingung mau kemana. Gue lagi malas turun
lewat tangga akhirnya gue iseng mutusin pake lift aja hehe padahal cuma kelantai satu. Pas gue turun loby rs udah pada sepi. Gue jalan kearah kantin yg biasanya gue beli minuman. Dan ah sial tutup lagi! Akhirnya gue putusin balik, tapi anehnya swwaktu gue balik lampu2 dilorong rs mati. Ahhhh gue takut setengah mati. Mana sepi lagi! Pikir gue. Mau gak mau gue harus ngelewatin lorong yg gelap itu. Tiba2 ada satpam yg negor gue.

"Dek mau kemana? Jalan sendirian, gak takut?"
"Nggak pak tadi saya abis kekantin mau beli minuman tapi ttup" Gue ngeliatin tuh satpam dari ujung kepala sampai kaki, napak! Alhamdulillah.
"Oh ada lagi kantinnya kok kamu lurus saja ketemu lift belok kiri ada pertigaan belok kanan"
"Iya pak makasih ya" ujar gue buru2 karena saking hausnya pas sampe pertigaan yg disebutin satpam tadi gue sampe lupa harus belok mana kanan/kiri.
Lagi bingung2nya ketemu lah sama satpam lagi kali ini satpam yg lain. Dia liat gue kebingungan akhirnya dia samperin gue. "Dek, mau kemana malam2 begini?" Tanya satpamnya.
"Oh nggak pak saya mau kekantin." Jawab gue.
"Kantin adanya disana dek bukan disini" jelas sisatpam sambil menunjuk arah kantin yg gue tuju tadi.
"Nggak pak, tadi saya dikasih tau sama satpam katanya ada juga disebelah sini"
"Satpam?" Raut wajah si satpam itu kemudian berubah menjadi bingung.
"Iya pak."
"Maaf dek, tapi satpam jaga malam ini saya doang. Gak ada lagi"

Mendengar penuturan satpam itu sontak bikin kaki gue lemes. Akhirnya gue buru2 pergi dari tempat itu dan balik ke kamar ayah gue dirawat. Karena saking lemesnya gue mutusin buat naik lift lagi. Kemudian gue memencet tombol lantai 2. Lift berjalan, terjadi keanehan saat udah dilantai 2 liftnya gak berhenti! Malahan naik keatas dan berhenti dilantai 3 yg merupakan kamar khusus persalinan. Gue pikir ada yg mau naik. Tapi saat pintu terbuka ga ada siapapun! Gue makin lemes, saat itu gue buru2 tutup pintu lift dan menekan tombol 2. Saat itu juga lift berjalan. Tapi keanehan muncul lagi saat lift ada di lantai dua liftnya gak berhenti malah turun kelantai satu. Gue panik banget waktu itu! Saat pintu lift terbuka benar saja tak ada siapa2 saat itu juga gue mutusin buat keluar lift dan lari menaiki tangga kelantai dua! Setibanya gue dilantai dua bersamaan saat itu juga lift pun berhenti dilantai 2 dan terbuka tanpa ada siapapun didalamnya! Gue yg ketakutan langsung lari. Sampai dikamar ayah gue, ibu dan yg lainnya udh pada sampai. Malah siap2 untuk pulang. Ibu gue menghampiri gue "win kamu mau pulang atau jaga disini bareng om anto?" "Pulang aja mah" jawab gue dengan nada lemas. Setelah apa yg gue lewatin tadi gak akan mau gue nginap disini! Ibu gue bertanya " kamu kenapa? Ko kelihatannya ketakutan, pucet lagi kamu sakit ya? Yaudah kita pulang aja ya" Gue gak bisa berkata apapun saat itu.
Setelah kejadian itu percayakah kalian, gue jatuh sakit selama seminggu dan harus diopname, rumah sakit rujukannya tentu rumah sakit yg kemarin ayah gue dirawat. Tapi gue kekeh gak mau, dan akhirnya gue dirawat dirumah. Sampai sekarang gue masih suka takut kalo berkunjung ke rumah sakit apalagi kunjungan malam!

Yuki Onna, Legenda Hantu Wanita Salju Jepang

Kisah Yuki Onna (Wanita Salju) merupakan salah satu cerita hantu klasik di Jepang, yang sudah sering diangkat dalam bentuk Opera, bahkan pernah dibuat dalam bentuk film klasik. Cerita hantu tidak klasik ditandai dengan adegan berdarah-darah, namun lebih merupakan cerita yang yang diisi tokoh manusia dan hantu yang melibatkan percintaan, kesedihan yang dalam dan tragedi.


Cerita dimulai dari dua orang penebang kayu bernama Mosaku dan Minokichi yang hidup di daerah provinsi Musashi (terletak di antara Tokyo dan Saitama), Mosaku adalah seorang pria yang berada di usia senja, sementara muridnya , Minokichi adalah seorang pemuda tegap berumur 18 tahun. Setiap hari mereka berangkat pagi-pagi sekali ke sebuah hutan yang jaraknya 5 mil dari desa mereka. Di antara desa mereka dan hutan yang dituju ada sebuah sungai besar yang beraliran deras. Begitu derasnya arus sungai tersebut sehingga tidak ada jembatan yang kuat menahan arus (jembatan yang ada selalu rusak akibat terjangan arus deras). Siapapun yang ingin menyebrangi sungai harus melewatinya dengan bantuan kapal penyebrang kecil.
Suatu hari Mosaku dan Minokichi sedang dalam perjalan pulang. Ketika itu cuaca begitu dingin dan mulai turun badai salju. Saat sampai di di tepi sungai, mereka menemukan bahwa si pengayuh perahu yang menyebrangkan mereka telah pulang ke rumah dan meninggalkan perahunya karena cuaca buruk. Sadar bahwa mereka tidak mungkin menyebrangi sungai, mereka memutuskan bermalam di pondok sementara si pengayuh perahu. Pondok itu benar-benar sederhana, hanya terdiri dari sebuah ruangan tanpa jendela yang berisi dua buah Tatami, tanpa perabotan apapun.

Mosaku dan Minokichi yang sudah lelah segera menutup pintu agar salju tidak masuk ke dalam pondok, kemudian beristirahat. Mereka merasa cukup hangat dan nyaman sehingga Mosaku yang lanjut usia tak lama berbaring langsung tertidur pulas, sementara Minokichi yang masih muda termenung mendengar suara angin yang menderu yang disertai arus sungai yang bertambah deras. Badai tidak mereda dan udara malah bertambah dingin, namun setelah bersusah payah akhirnya Minokichi tertidur juga. Entah telah berapa lama Minokichi tertidur, tiba-tiba ia terbangun karena merasakan butir-butir salju yang lembut di wajahnya. Ternyata pintu pondok yang mereka diami telah terbuka dengan paksa.

Minokichi melihat seorang wanita dalam pondok, wanita yang putih seperti salju dan memancarkan cahaya seperti salju (Yuki-Akari) sedang membungkuk di atas Mosaku. Ia tengah meniupkan nafasnya yang dingin menyerupai asap putih kepada Mosaku. Minokichi benar-benar terkejut dan ketakutan, ia ingin menjerit namun tak ada sebuah suara pun yang keluar dari mulutnya. Saat itulah sang wanita misterius itu beradu pandang dengannya, ia mendekatkan wajahnya pada Minokichi. Dalam ketakutan yang amat sangat, Minokichi merasakan bahwa wanita yang berada di hadapannya adalah seorang wanita yang amat cantik, walaupun sorot matanya membuat tubuhnya gemetar dalam ketakutan.

Wanita itu terus menatap Minokichi dan tiba-tiba tersenyum dan berkata, “aku ingin memperlakukanmu sama seperti orang lain, tapi aku kasihan padamu. Kau, masih muda, begitu tampan, Minokichi. Aku tidak akan menyakitimu tapi jika kau memberitahu siapapun termasuk ibumu tentang apa yang terjadi malam ini… maka aku akan membunuhmu! Ingat apa yang telah kukatakan ini.” Seusai wanita salju itu berkata, ia meninggalkan Minokichi sendirian. Mengira bahwa itu hanyalah mimpi, Minokichi segera bangun dan melihat keluar namun ia tidak melihat siapapun atau apapun.

Sambil menutup pintu ia bertanya-tanya apakah bukan angin yang membuka pintu pondok tadi. Ia memanggil Mosaku namun tidak ada jawaban. Minokichi mengulurkan tangan untuk menyentuh Mosaku dan tanpa sengaja ia menyentuh wajah Mosaku, dan ternyata wajahnya telah membeku. Mosaku telah meninggal.

Ketika fajar tiba, badai pun berakhir dan si pengayuh perahu menemukan Minokichi yang tergeletak pingsan di samping Mosaku yang telah meninggal. Ia membawa keduanya menyebrang, lalu menguburkan jenazah Mosaku. Sementara Minokichi dibawa pulang ke rumahnya. Setelah sembuh, Minokichi tidak dapat langsung melupakan kejadian yang telah ia alami. Ia dihantui oleh kematian Mosaku, namun ia bersikeras untuk menceritakan cerita hantu itu pada siapapun, karena ia tidak ingin kehilangan nyawanya. Lama berselang, Minokichi baru berani kembali pada pekerjaan sehari-harinya, menebang kayu, membelahnya menjadi potongan-potongan kecil, lalu menjual kayu tersebut ke pasar dengan bantuan ibunya.

Pada musim dingin tahun berikutnya, Minokichi sedang berada dalam perjalanan pulang melalui jalan setapak di hutan, saat ia berpapasan dengan seorang gadis yang amat cantik, berkulit putih indah, yang hendak melalui jalan yang sama. Minokichi pun menyapa gadis itu dan tanpa disangka gadis itu menjawab dengan suara yang menurut Minokichi adalah suara yang paling merdu didengarnya. Mereka pun mulai berjalan bersama dan bercakap-cakap. Si gadis menceritakan bahwa ia bernama O-Yuki, ia telah kehilangan kedua orangtua, dan untuk menyambung hidupnya ia akan pergi ke Yedo (Edo atau Tokyo) untuk mencari kerabatnya agar dapat membantu mencarikannya pekerjaan sebagai pelayan.

Entah apa yang dirasakan Minokichi, namun rasanya gadis itu nampaknya makin cantik dimatanya. Minokichi pun mulai merasa suka pada gadis itu, sehingga ia memberanikan diri untuk bertanya apakah gadis itu sudah memiliki pasangan. Gadis itu tertawa sambil mengatakan bahwa ia belum memiliki pasangan atau kekasih. Ia pun balik bertanya apakah Minokichi telah memiliki pasangan, dan Minokichi menjawab bahwa ia pun belum memilikinya. Setelah pernyataan ini maka kedua muda-mudi ini tidak berbicara lagi sampai mereka tiba di desa tempat tinggal Minokichi. Namun dalam hati masing-masing telah tumbuh rasa saling menyukai. Maka Minokichi mengundang O-Yuki untuk singgah dan beristirahat di rumahnya. O-Yuki ternyata bukan hanya gadis cantik, namun juga berkelakuan baik. Ibu Minokichi pun tak butuh waktu lama untuk menyukainya. Sampai ia membujuk agar O-Yuki mau menunda perjalanannya ke Yedo. Pada akhirnya O-Yuki tidak pernah melanjutkan perjalanannya ke Yedo, melainkan menetap di desa itu dan tinggal bersama Minokichi dan ibunya, sebagai istri dan menantu.

Lima tahun kemudian ibu Minokichi meninggal, O-Yuki tetap bersama-sama Minokichi, bahkan ia telah melahirkan 10 orang anak lelaki dan perempuan bagi Minokichi. Semuanya tampan dan cantik, serta memiliki kulit putih seindah ibunya. Banyak penduduk desa yang mengagumi O-Yuki. Kebanyakan petani tampak tua setelah melahirkan anak, namun O-Yuki yang telah menjadi ibu 10 anak tetap terlihat cantik. Secantik saat pertama kedatangannya di desa, mereka.

Suatu malam setelah anak-anak tidur, O-Yuki menjahit dibantu dengan sebuah cahaya dari lampu kertas. Minokichi yang sedang menatapnya, tiba-tiba berkata, “Melihat kau menjahit dengan pantulan cahaya di wajahmu, aku teringat suatu hal aneh yang terjadi saat aku masih berusia 18 tahun. Kala itu aku melihat seorang wanita yang secantik dan seputih dirimu… dan ia memang mirip denganmu…" Tanpa menghentikan pekerjaannya, O-Yuki bertanya, ”ceritakanlah padaku, dimana kau bertemu dengannya?” lalu Minokichi mulai bercerita tentang Mosaku dan pengalamannya di pondok pengayuh perahu. “Entah itu sebuah mimpi atau bukan,tapi saat-saat itulah aku pernah melihat orang secantik engkau. Tentu saja ia pasti bukan manusia dan aku sangat takut padanya. Hingga sekarang pun aku tidak yakin apakah yang aku lihat itu mimpi atau memang benar-benar seorang wanita salju.”

O-Yuki langsung melemparkan jahitannya. Ia mendekati suaminya dan berseru, “itu adalah aku! Bukankah aku telah mengatakan bahwa aku akan membunuhmujika cerita itu pernah keluar dari mulutmu. Sekarang, demi anak-anak kita…” O-Yuki tetap berteriak namun suaranya menjadi penuh kesedihan, “jagalah aak-anak kita, karena jika kamu tidak melakukannya, maka aku akan melakukan hal yang pernah aku katakana padamu…”

Minokichi tidak sempat berkata apa-apa. O-Yuki mulai tidak terlihat dan kemudian menguap menjadi butir-butir salju yang halus,yang menghilang melalui cerobong asap. Sejak saat itu, ia tidak pernah terlihat lagi. Inilah legenda cerita hantu Yuki Onna.

sumber: https://www.facebook.com/kcmmbs/posts/631886793579216

sumber gambar : http://gorillaartfare.comillustration/yuki-onna/

Hantu Penunggu Kontrakan Yang Menyamar Jadi Teman…

Kobayogas.com – Selamat malam jumat lads, kembali lagi Merinding Series hadir menemani malam jumat lads semua. Kali ini KBY akan menuturkan kisah milik seorang sahabat D’Gujubar yang dialaminya 14 tahun lalu saat masih lajang dan tinggal dikontrakan, seperti apa kisahnya? Mangga digeber lads….
Kontributor: Achirul ‘Arul’ Saleh aka Ndeso Edisi aka Mang Nde aka Ndecoedici
Editor: Kobayogas.com
Kejadian ini dialami sekitar tahun 2002 ketika Nde (pemilik warung bloghttp://www.ndesoedisi.wordpress.com) masih menjadi kontraktor alias tukang ngontrak dikampung sebelah. Kontrakan tersebut berupa 6 petak, masing-masing petak terdiri dari 2 kamar depan dan belakang. Posisi kontrakannya sendiri sekitar 200 m dari jalan raya, dengan bagian sebelah kiri & kanan adalah kebun kosong, belakang rumah ada 2 rumah lagi langsung kebun rambutan.
Saat liburan menjelang Idul Adha. Nde terpaksa jaga kontrakan sendiri, karena teman-teman yang lain ( 5 orang ) pulang semua, sedangkan ibu kos sedang mengunjungi anaknya di Bandung. Sehabis Isya untuk mengusir sepi Nde main game di komputer milik teman di kamar sebelah (waktu itu belum punya komputer sendiri), karena keasyikan tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam.
Karena sering ada anjing yang datang ke depan pintu, maka pintu kamar Nde biarkan sedikit melompong. Rupanya inilah letak kesalahan Nde, sudah lama Nde diwanti-wanti jangan sampai membuka pintu sedikit malam-malam, kalo ingin membuka pintu ya dibuka lebar sekalian, kalo ga ya mending ditutup sekalian. Sebenarnya sama Nde mau dibuka lebar, tapi masa iya tengah malam buka pintu lebar-lebar :mrgreen:
Ketika jam sudah menunjuk sekitar jam setengah satu malam, dimulai ada seekor anjing yang datang, Nde keluar buat mengusirnya, tak lama datang lagi seekor anjing, Nde kembali mengusirnya. setelah 3 kali anjing datang harusnya Nde tanggap dan langsung menutup pintu, tetapi Nde cuek aja tetap main game. Tak lama kemudian ada yang membuka pintu kamar, rupanya teman Nde sebut aja namanya Memet, Nde masih cuek main game, cuma nanya  gini :
Nde : met maneh geus datang ? (Met lo sudah datang lagi?)
Memet : geus (lirih, dingin, datar tanpa ekspresi) sambil menuju kamar yang terletak di belakang
Nde : rek kamana ? sare ditukanng ? (mau kemana? Tidur di belakang?)
Memet tidak menjawab tapi tetap menuju kamar belakang
Nde masih cuek aja main game, malah mikirnya asyik si Memet dah pulang jadi ada yang nemenin :mrgreen:
Hantu di rumahku
Tak lama kemudian tiba-tiba saja masuklah seorang anak kecil kira-kira berumur 3 tahun kepalanya gundul, cuma pake celana yang diikat persis kaya anak-anak di film-film kerajaan jaman dahulu. Ga ketahuan datangnya tiba-tiba nyelonong masuk aja ke kamar belakang, Nde kaget kontan langsung teriak “hei kamana ? sambil mengikuti anak tersebut ke kamar belakang.
Ketika berdiri di pintu kamar, melihat langsung ke arah kasur ternyata kasur kosong melompong, sontak seperti tersadar dari mimpi, saat itulah Nde langsung sadar kalo malam itu kan Nde sendirian di kontrakan :shock: . Tidak ada satupun teman-teman kontrakan yang akan hadir, karena semua sudah bilang tidak akan kembali ke kontrakan.
Dengan sekujur tubug merinding, tanpa ba bi bu, langsung saja setengah berlari Nde keluar, balik lagi ke kamar Nde sendiri disebelah, tanpa sempat mengunci pintu kamar sebelah dan tidak memikirkan untuk mematikan komputer…
hantu tidur
Dikamar pun Nde tidak bisa tenang, dan baru tenang setelah azan subuh berkumandang…
Wallahu alam bil sawab…
Mangga di geber lads…
sumber: http://kobayogas.com/2014/07/24/hantu-penunggu-kontrakan-yang-menyamar-jadi-teman/

Hantu Penunggu Kontrakan

Cerita ini aku alami sekitar satu tahun yang lalu, di rumah kontrakanku di Jakarta Selatan. Kejadiannya waktu itu dari Maghrib sampai menjelang Isya’. Nah,ini dia ceritanya!
Waktu itu, menjelang Maghrib, ibu dan adik-adikku pergi diantar supirku. Namun aku tetap tinggal di rumah yang sudah disewa oleh ayahku ini. Sebenarnya ibuku sudah mengajakku, tetapi sepertinya aku sangat malas.
Setelah ibuku pergi, aku main internet sambil mencari cerita-cerita lucu. Aku memang hobi dengan humor dan hal-hal yang berbau mistis. Ya, mungkin secara sudut pandang kedua hal tersebut seratus delapan puluh derajat berbeda. Namun, ini bukan hal yang penting dan aku masih harus melanjutkan ceritanya.
Agak lama aku internetan. Dan ternyata, sudah waktu sholat maghrib. Aku lalu mengambil air wudhu dan kemudian sholat maghrib. Setelah selesai, aku mematikan laptop dan berbaring di atas kasur. Sebenarnya aku ingin menonton TV. Tetapi nasib malang, TV itu rusak. Jadinya aku hanya berbaring di atas kasurku.
Aku kemudian terbangun dan berjalan ke teras. Sudah dua atau tiga jam namun ibuku belum kembali. Jadi aku menunggu sambil membaca novel.
aku berjalan kembali ke dalam untuk mematikan AC yang masih menyala, tetapi malah aku yang tidur-tiduran di atas kasurku.
“HAHAHA” tiba-tiba aku mendengar suara tawa dari ruang tamuku. Suara tawa seorang lelaki! Aku diam sebentar, kemudian hanya berpikiran mungkin itu tetangga sebelah. Aku pun membuang pikiran itu.
Lagi-lagi, terdengar suara tawa seorang lelaki. Aku kembali terdiam sejenak. kemudian, TOK-TOK-TOK. Pintu kamarku seperti diketuk oleh seseorang. dan, terdengar suara benda jatuh dari arah dapur. Spontan, aku langsung berteriak dan berlari ke teras. Aku mencoba menenangkan diri.
Aku terus menunggu ibuku di luar. Aku tidak berani masuk ke dalam. Pintu depan masih terbuka, aku tidak berani menutup pintunya. Aku hanya diam di kursi rotan sambil membaca novel yang kusimpan di meja teras.
Setelah hujannya reda, aku berjalan ke luar dan hanya berputar-putar di tempat parkir di depan rumah konrakanku. Di tengah tempat parkir itu terdapat pohon rambutan. Aku langsung duduk di bawahnya tanpa mengkhawatirkan SI PENUNGGU akan marah, karena rasa takut dan cemas menunggu ibuku. Ngaku, deh, aku orangnya penakut.
Aku menoleh ke sebelah kiri, ke rumah tetanggaku. Di depan rumah itu ada pohon yang sangat besar dan rimbun. Namun, sepertinya aku seperti melihat sesuatu yang melayang di dekat pohon itu. Setelahkulihat makin dekat …………
KUNTILANAK!
Ya, sosok itu kntilanak. Tubuhku lemas, kakiku bergetar, aku pun terjatuh. Saataku terjatuh, sosok itu menghilang. Aku mencoba berdiri lalu duduk di teras. Tak lama kemudian, ibuku datang. Aku langsung memeluk ibuku dengan masih ketakutan. Ibuku bingung dan bertanya kepadaku apa yang terjadi. Namun aku tidak menceritakan kejadian tadi dan hanya terdiam.
sumber: https://www.facebook.com/kcmmbs/posts/360686640699234