Pertengahan bulan Februari lalu bertepatan bulan purnama terang
benderang. Riadi masih ingat betul kejadian yang membuatnya masih
bergidik-gidik jika tidur sendirian. Di malam yang biasa diluangkan
orang-orang tertentu untuk melakukan ritual penyucian diri itu, Riadi
mengalami kejadian mengerikan. Dia tidur seranjang dengan wanita
siluman.
Kisah ini masih membekas lekat di benak pemuda yang kini
tinggal di sebuah kelurahan di Salatiga, Jawa Tengah. Kejadian itu dia
rasakan seperti teror dalam hidupnya, terutama dia merasakan ketakutan
yang luar biasa setiap tidur sendirian. Dia bergidik hebat. Bayangan
wanita berkulit putih, halus, dan berbau wangi itu seakan-akan masih
terus mengintainya.
Dia sendiri masih bujang, bertubuh tegap dan
terlihat sangat jantan. Selama ini belum pernah ada wanita yang
menjamah bagian-bagian sensitif tubuhnya. Kalaupun berdekatan dengan
pasangan lain jenis, Riadi –bukan nama sebenarnya— sebatas pacaran,
tapi tidak pernah serius. Paling-paling dia selami hatinya,
perasaannya, setelah itu dia merasa enggan berhubungan lagi.
Ujung-ujungnya,
pemuda lulusan PTS di Salatiga ini mencari pengganti wanita
lain, untuk kembali sekedar menyinggahi. Boleh dikata kebiasaan Riadi
sama seperti dilakukan lelaki yang mendapat julukan play boy! Mungkin
karena itu, Riadi mendapatkan pelajaran dari lelembut wanita yang
sengaja mengajaknya bercinta itu.
Kejadian malam itu kembali
terekam dalam ingatannya. Sekujur tubuh Riadi tiba-tiba keluar keringat
dingin, buluk kuduknya tegak berdiri seperti dia kembali berhadapan
dengan lelembut yang diperkirakan tinggal di salah satu pohon besar
yang tumbuh di pekarangan rumahnya. Pada malam itu, dia tidur sendirian
di kamar paviliun keluarga.
Letaknya berada di samping kiri
rumahnya, terpisah dari rumah induk. Sudah sebagai kebiasaan setiap
tidur dia tidak pernah memakai piyama atau pakaian tidur. Hanya
mengenakan celana dalam. Itu pun ruang kamar tidurnya selalu tanpa
lampu penerangan, semua dimatikan. Seperti ada perasaan lain yang
menggelayuti pikirannya, malam itu Riadi ingin sekali cepat tidur.
Padahal,
baru saja lepas pukul 21.00 WIB, tidak seperti biasanya ia ingin tidur
sekitar pertengahan malam itu. Sebelum masuk paviliun Riadi masih
sempat menengadakan kepala beberapa saat ke atas langit. Dia tersenyum
kecil menyaksikan bulan purnama malam itu putih bersih, tanpa ada
saputan awan.
Sampai di paviliun dia langsung masuk kamar dan
mengunci pintu. Tidak lupa mematikan lampu. Satu per satu pakaiannya
dilucuti hingga tinggal celana dalam saja. Sebelum memajamkan mata
rapat-rapat, sayup-sayup terdengar suara televisi yang menayangkan
sinetron kesukaan kakakanya.
Seisi ruang kamar terlihat hitam
pekat. Cuma sedikit semburat sinar bulan yang menembus gorden jendela
kamar. Udara dingin Salatiga malam itu cepat-cepat mengantar dalam
kelelapan.
Sebelum dia terlelap tiba-tiba merasakan suhu dalam
kamarnya terasa turun drastis, sehingga sangat dingin sekali. Gaun
gorden jendela terlihat berkibar kibar, terasa ada angin besar yang
meniup gorden berwarna putih itu. Meliuk-liuk seperti melambai-lambai.
Riadi terkesiap kaget, sesaat itu dia terbengong-bengong, bingung,
bercampur menerka sesuatu yang menyebabkan ruang kamarnya terasa aneh.
Dia
ingat betul grendel jendela sudah dia kunci. Rasanya tidak mungkin
bisa terbuka sendiri. Angin dingin yang merasuki pangkal tulangnya
terasa semakin menusuk. Padahal, purnama di luar masih dengan sinarnya
yang cerah. Sebelum Riadi beranjak ke arah gorden, dia melihat sesosok
wanita bergaun putih. Seorang gadis cantik dengan rambut yang panjang
terurai.
Rambut yang panjang, lurus, sangat tertata rapi. Wanita
itu hanya tersenyum melihat Riadi yang terpekik dalam ketakutannya.
Gerak tubuh wanita itu sangat ringan sekali, berlahan mendekat ke arah
tempat tidur Riadi. Kembali wanita misterius itu melempar senyum,
perasaan jantung Riadi benar-benar seperti terhenti. Wanita itu seperti
menghipnotisnya.
Dan, dengan usapan lembut Riadi yang masih
domblong di atas tempat tidur direbahkan. Pipinya diusap dengan tenang.
Aroma wangi tubuh wanita itu menggelorakan birahi kelakian Riadi.
Tanpa dia minta mendadak si wanita dengan beraninya menindih tubuh
Riadi. Memeluknya erat-erat, sambil kedua bagian atas bibirnya tidak
henti bergantian melumat bibir Riadi. Membuat lelaki lulusan DIII itu
tak bereaksi apa-apa. Hanya nafasnya yang tersenggal-senggal menahan
birahi yang menggumpal dalam dada dan konaknya. Langutan asmara wanita
itu akhirnya melambungkan kenikmatan tersendiri. Hingga membuat Riadi
lupa diri, lalu sepertinya tertidur pulas.
Baru pagi harinya dia
terbelalak hebat saat terjaga dari tidurnya. Dia mendapati tidak ada
siapa-siapa dalam kamarnya. Hanya seprei kasurnya acak-acakan, kumal
seperti terkena keringat semalam bercampur gumpalan cairan kental yang
masih memel. Lebih-lebih ketika dia mengaca dibuat kaget bukan
kepalang. Sekujur tubuhnya penuh dengan cupangan (kecupan). 'Cupangan
siapa… ?!!!' Pekiknya
Teka-teki itu baru terjawab setelah dia
berkonsultasi dengan orang pinter. Dugannya ternyata benar wanita itu
lelembut yang tinggal di sekitar pekarangan rumahnya. Dikatannya,
wanita itu sebangsa peri atau wanita siluman yang suka menggoda lelaki
bujangan. Namun, akibat kejadian tersebut Riadi sejak itu tiap tidur di
paviliun selalu mengajak teman-temannya. Dia tidak pernah lagi berani
tidur sendiri.
(diceritakan DD di Salatiga kepada Mus Misterionline)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar